Love Indonesia
|

Review MAMA: A Mother's Love Knows No Boundaries

Tue, 12 Feb 2013 09:02
Viewed: 3274
0
Thumbs Up
Thumbs Down
Review MAMA: A Mother's Love Knows No Boundaries

Produser dan sutradara Guillermo Del Toro dikenal dengan gaya penceritaannya yang khas, dan cenderung melibatkan makhluk-makhluk aneh dan gaib, misalnya dalam Pan’s Labyrinth (2006) atau Hellboy (2004). Hal itu seolah tidak absen meskipun ia bukan terlibat sebagai sutradara, seperti di Don’t Be Afraid of the Dark (2010). Kini, meskipun hanya sebagai produser, Del Toro kembali mempersembahkan sebuah horor berjudul Mama.

Mama sendiri berdasarkan sebuah film pendek Spanyol berjudul sama, karya Andy Muschietti. Del Toro sangat menyukai film berdurasi 3 menit tersebut, dan memutuskan untuk mengangkatnya ke layar lebar, tetap dengan Muschietti sebagai penulis cerita dan sutradaranya.



Dalam Mama (2013), cerita berpusat pada dua orang anak, Victoria dan Lilly. Kakak beradik ini menjadi korban permasalahan ekonomi yang dialami orangtua mereka. Sang ayah, Jeffrey, yang sudah tidak tahan lagi dengan krisis yang melanda, membunuh istrinya, kemudian membawa kedua anaknya tanpa tujuan yang jelas. Di perjalanan, mobil yang dikendarainya terjatuh ke jurang, dan mereka menemukan sebuah rumah tua di dalam hutan. Merasa tempat dan kondisinya tepat, Jeffrey pun berencana bunuh diri dengan lebih dulu membunuh Victoria dan Lilly. Belum sempat menarik pelatuk senjatanya, ia tewas karena serangan sosok misterius. Bingung karena ayah mereka hilang begitu saja, Victoria dan Lilly tetap tinggal di rumah tersebut, dan mendapat ‘perhatian’ dari penunggu rumah tersebut.



Lima tahun kemudian, Lucas (Nicolaj Coster-Waldau), saudara kandung Jeffrey, mendapat kabar mengejutkan. Semua usaha dan perjuangannya mencari dua keponakannya terbayar lunas. Victoria (Megan Charpentier) dan Lilly (Isabelle Nelisse) ditemukan dalam keadaan hidup, namun dengan kondisi mengenaskan dan perilaku seperti hewan liar. Di bawah perawatan dan pengawasan psikiater Dr. Dreyfuss (Daniel Kash), Victoria dan Lilly menjalani rehabilitasi. Hipotesis Dreyfuss menyatakan, dalam keadaan telantar dan masih sangat labil, Victoria dan Lilly menciptakan sesosok teman imajiner yang mereka sebut ‘Mama’. Menurut pengakuan Victoria, sosok ‘Mama’ inilah yang menemani mereka berdua selama 5 tahun di dalam hutan, dan mengajari nyanyian serta permainan-permainan. Lucas pun berniat mengajak keponakannya untuk tinggal bersama, ditemani kekasihnya, Annabel (Jessica Chastain). Dan, meskipun mendapat tentangan dari sepupunya, Jane (Jane Moffat), Lucas berhasil memenangkan hak asuh Victoria dan Lilly, dengan sejumlah persyaratan yang diberikan Dreyfuss. Salah satunya adalah menempati sebuah rumah khusus yang disiapkan untuk mengawasi perkembangan mental kedua anak tersebut.



Victoria lebih cepat beradaptasi kembali dengan dunia nyata, sementara Lilly, masih saja bertingkah liar dan gemar melakukan hal-hal ganjil, seperti memakan serangga dan tidur di kolong tempat tidur. Annabel yang sebenarnya keberatan dengan kehadiran dua anak dalam kehidupannya, berjuang untuk bisa berkomunikasi dengan Victoria dan Lilly demi Lucas. Perlahan, Victoria bisa menerima usaha Annabel dan sedikit membuka diri. Namun, Annabel mulai merasakan keanehan, seperti lampu rumah yang sering padam-nyala secara tiba-tiba, terdengarnya nyanyian dari suara yang tidak dikenalnya, dan tingkah laku Victoria dan Lilly yang seperti menyembunyikan sesuatu. Puncaknya adalah ketika Annabel melihat penampakan seseorang yang mengintip dari pintu kamarnya. Annabel yakin, ada orang yang diam-diam selalu mengunjungi Victoria dan Lilly untuk mengajak bermain. Dugaan semakin kuat mengarah ke sosok yang selalu disebut-sebut, ‘Mama’. Sejumlah fakta menyeramkan pun terungkap dari penyelidikan Dreyfuss. ‘Mama’ bukanlah teman imajiner ciptaan Victoria dan Lilly, melainkan arwah penasaran dari seorang ibu yang kehilangan putrinya, dan menemukan penggantinya pada diri dua anak tersebut yang ditemukannya di hutan. Kini, ‘Mama’ mulai cemburu dengan perhatian dari Lucas dan Annabel kepada Victoria dan Lilly, dan tidak segan-segan menyakiti siapapun yang menghalangi curahan kasih sayangnya pada mereka.



Sebagai sebuah film horor, Mama tetap memberikan adegan-adegan klise layaknya horor mainstream, seperti “jangan kesitu-hantunya di situ!”, lengkap dengan jump scares klasik, yang sebenarnya bisa ditebak, namun tetap saja mengagetkan. Yang menjadi kekuatan utama Mama adalah konsep yang kuat dan unik, serta akting luar biasa dari Megan Charpentier dan Isabelle Nelisse sebagai Victoria dan Lilly. Begitu kuatnya penampilan Megan dan Isabelle, kehadiran Jessica Chastain pun tertutupi. Atmosfer dan mood film selalu terjaga dan menciptakan situasi yang depressing dan uneasy, baik dalam cerita maupun bagi penonton. Build up Mama tersusun dengan rapi dan menegangkan, terutama dalam 1 jam pertama, ketika sosok Mama terlihat sangat menakutkan karena hanya ditampilkan sekilas dan membuat penonton penasaran. Sayangnya, 15-20 menit terakhir, Mama mengalami penurunan drastis dengan menjadi seringnya Mama muncul, CGI yang dominan, serta konklusi cerita yang, meskipun emosional dan menyentuh, terkesan terburu-buru dieksekusi.



Segala kekurangan dan plot holes yang ada tidak membuat Mama menjadi film yang buruk. Justru, Mama adalah satu dari sedikit horor modern yang menunjukkan intelejensi dan konsep kreatif dari sebuah ungkapan klasik: kasih ibu sepanjang masa (dan tidak mengenal batas alam).

Rating: 3 of 5
Movie Title: MAMA
Cast: Jessica Chastain, Nikolaj Coster-Waldau
Director: Andres Muschietti
Duration: 100 Minutes
MEDIA COVERAGE
Kompas
Detikcom
Liputan6
Tempo
OkeZone
KabarBisnis
TeknoJurnal
GoodNewsFromIndonesia
WartaKotaLive
TDWClub
IndonesiaKreatif
DailySocial
TheJakartaPost
BisnisIndonesia
Bloomberg
Reuters
CrackBerry
Yahoo
CBSMoneyWatch
MarketWatch
AFP
AboutDotCom
CentroOne
DreamersRadio