Heboh Strain Baru Covid-19 B117UK di Indonesia, Ini Penjelasan Dokter

Okezone
 Okezone - Wed, 03 Mar 2021 03:26
 Dilihat: 376
Heboh Strain Baru Covid-19 B117UK di Indonesia, Ini Penjelasan Dokter

Indonesia kembali dikejutkan dengan penemuan dua kasus Covid-19 B117UK yang berasal dari Inggris. Strain baru Covid-19 ini merupakan salah satu virus yang ditakuti oleh banyak negara di seluruh dunia, karena dianggap mengerikan dan memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat dibandingkan pendahulunya.

Dokter Relawan Covid-19, dr. Muhamad Fajri Adda'i mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dan panik terlalu berlebihan. Sebab strain B117 ini tidak lebih mengerikan dibandingkan Covid-19 sebelumnya. Hanya saja penularannya bisa menyebar dengan lebih cepat.

"Jadi strain B117 UK ini diprediksi 50-70% lebih cepat penularannya dibandingkan yang sebelumnya. Ketika pertama kali ditemukan di Inggris, puluhan negara langsung melakukan lockdown ke Inggris. Negara tersebut tidak boleh berangkat ke Inggris, begitupun sebaliknya," kata dr. Fajri saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Selasa 2 Maret 2021.

Terkait dengan kemampuan strain B117 yang lebih cepat menyebar, dr. Fajri mengatakan bahwa sampai sekarang pun banyak negara takut dengan virus jenis baru tersebut. Sebab, strain ini telah menyebar ke sekira 80-an negara. Dokter Fajri juga menjelaskan mengenai hasil penelitian kesehatan yang dilakukan oleh Denmark. Ternyata Covid-19 yang dominan saat ini justru berasal dari varian baru.

"Berdasarkan grafik dari Denmark. Covid-19 varian yang lama sudah jauh berkurang, justru varian yang baru ini mendominasi dan cepat. Ini yang kita khawatirkan sebenarnya, karena mereka bisa mendominasi varian yang lama," lanjutnya.

Baca Juga : 5 Potret Vanessa Angel Berbikini, Seksinya Bikin Pelakor Mundur Teratur!

Pada kesempatan yang sama, dr. Fajri juga menyayangkan Indonesia yang masih minim dalam hal pengumpulan sampel Covid-19. Hal ini yang mungkin akan menjadi tantangan lain pemerintah Indonesia dalam menghadapi penularan strain baru Covid-19.

"Kalau di Indonesia, kita tidak tahu karena sampel milik Tanah Air sangat sedikit. Dari sekian juta orang, kita baru mengirim sekira 466 sampel genomic. Jadi virus ini berbeda melacaknya, bukan pakai PCR biasa. Mereka pakai namanya Whole Genome Sequencing. Jadi bahasa genetik RNA virus ini kan 30 ribu, nah itu harus dijabarkan semuanya baru bisa tahu ada mutasi. Bisa yang dari Inggris B117 atau B1351 yang dari Afrika Selatan, atau yang dari Brasil," tuntasnya.

Sumber: Okezone